Jumat, 12 Oktober 2012

Sistem Penerangan Kendaraan


1. Definisi Sistem Penerangan
Sistem Penerangan adalah instalasi dari berbagai rangkaian penerangan pada kendaraan atau semua sistem kelistrikan pada bodi kendaraan yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenikmatan saat berkendara.

2. Fungsi Sistem Penerangan
Fungsi sistem penerangan adalah sebagai penerangan pada kendaraan untuk memberikan tanda-tanda kepada pengendara lain misalnya pada saat akan membelok maupun akan berhenti sehingga pengendara lain lebih aman. Selain itu, juga untuk memberikan indikator pada pengendara contoh lampu tanda belok kanan atau kiri sudah menyala, kondisi bahan bakar masih banyak atau sudah habis dan lain-lain, disamping itu juga untuk menambah kenikmatan saat berkendara.

3. Komponen Pembentuk Sistem Penerangan (Wiring Diagram)
   Komponen Utama Pembentuk Wiring Diagram Antara Lain:
a. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber energi listrik rangkaian.
Umumnya baterai pada kendaraan mempunyai tegangan 12 Volt 

b. Fuse
Fuse berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan komponen dari beban lebih / arus lebih.
 

c. Saklar / Switch
Saklar berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus atau mengendalikan rangkaian.


d. Load
Load yaitu pengguna energi listrik kemudian diubah ke energi lain. Misalnya energi listrik menjadi energi cahaya yaitu lampu, energi listrik menjadi energi bunyi yaitu klakson ,dsb

e. Kabel
Kabel berfungsi untuk menghubungkan antar komponen dan mengalirkan arus listrik.

f. Massa
Massa berfungsi untuk menghubungkan antar komponen dengan negatif baterai.
 

    Komponen Bantu Pembentuk Wiring Diagram Antara Lain:
a. Konektor
Konektor berfungsi sebagai penyambung antar kabel.

b. Sepatu Kabel
Sepatu kabel berfungsi sebagai penyambung antar kabel dengan komponen.


c. Baut Massa
Baut Massa berfungsi untuk menghubungkan kabel negatif dengan body kendaraan.

d. Pelindung Komponen
Pelindung Komponen berfungsi untuk melindungi komponen dari kerusakan atau hubungsingkat / kongslet.

    Komponen Tambahan Dalam Wiring Diagram Antara Lain:
a. Relay
Relay adalah sebuah saklar elektronik yang dapat dikendalikan dari rangkaian elektronik lainnya.
 
Macam macam Relay:
a. Relay 4 Kaki Normaly Open.
b. Relay 4 Kaki Normaly Closed.
c. Relay Double Throw.
 

b. Flasher Unit
Flasher Unit digunakan untuk mengedipkan lampu tanda belok dan lampu hazard secara interval.
Flasher Unit ada dua jenis yaitu:
    Jenis Electronic
Flasher ini terbuat dari rangkaian electronic / semiconductor.
    Jenis Bimetal
    Flasher ini terbuat dari bimetal.


c. Saklar Kombinasi
Saklar kombinasi yaitu saklar yang mengendalikan instalasi penerangan dan tanda pada kendaraan bermotor. Instalasi tersebut adalah:
•    Kelompok lampu kota, tail lamp, plat nomor, dan iluminasi.
•    Kelompok lampu kepala, blitz, dan indikator lampu jauh.
•    Kelompok lampu hazard, sein, dan indikator lampu sein.
•    Klakson.
•    Wiper dan Washer.
Macam Macam Saklar Kombinasi:
1.    Saklar Kombinasi yang Mengendalikan Lampu Kota dan Lampu Kepala
 
keterangan:
B/30 = Terminal yang dihubungkan dengan positif baterai.
OFF = Saklar tidak beroperasi.
58     = Terminal yang dihubungkan dengan kelompok   lampu kota.
56    =Terminal yang dihubungkan dengan terminal 56 sakelar dimmer.

2.    Saklar Dimmer dan Blitz.
Saklar dimmer mengendalikan lampu kepala jauh atau pendek. Sedangkan sakelar blitz mengendalikan lampu blitz (tembak).
 
keterangan:
B / 30 = Terminal untuk lampu blitz yang disambungkan dengan positif baterai.
56      = Terminal yang dihubungkan dengan terminal 56 sakelar kombinasi.
Hi / u = Terminal yang dihubungkan dengan lampu kepala jarak jauh.
Lo     = Terminal yang dihubungkan dengan lampu kepala jarak dekat.

Lampu kepala dikendalikan oleh dua saklar yaitu saklar kombinasi dan saklar dimmer. Sedangkan Lampu blitz dapat dioperasikan kapan saja tanpa harus menyalakan lampu lain.

3.    Saklar Lampu Hazard dan Sein.
 
keterangan:
30 = Terminal lampu hazard dihubungkan dengan positif baterai tanpa melalui main switch.
15 = Terminal lampu sein dihubungkan dengan positif baterai melalui main switch.
 X = Terminal yang dihubungkan dengan terminal X Flasher Unit.
L = Terminal yang dihubungkan dengan terminal L Flasher Unit.
Left = Terminal yang dihubungkan dengan lampu sein dan indicator sein kiri.
Right = Terminal yang dihubungkan dengan lampu sein dan indicator sein kanan.

Jika saklar hazard ON maka SEIN tidak bisa beroperasi.

4.     Saklar Klakson (Horn)
Saklar yang berfungsi untuk mengendalikan klakson. Saklar ini merupakan pengendali negatif dengan jenis sakelar tekan.
 
keterangan:
54 = Terminal yang dihubungkan dengan terminal Relay no.86.
31 = Terminal yang dihubungkan dengan Massa.

d. Main Switch
Main Switch ( saklar utama ) disebut juga dengan switch kontak / ignition switch.

keterangan:
B      = Terminal yang dihubungkan dengan positif baterai.
ACC = Terminal acecoris.
IG    = Terminal ignition / pengapian.
ST   = Terminal Starter.

Hubungan Antar Terminal Pada Main Switch:


4. Rangkaian Sistem Penerangan
a. Lampu Rem
 
b. Lampu Mundur
 
c. Klakson ( Horn )
 
d. Lampu Kota
 
e. Lampu Kepala

f. Lampu Hazard dan Sein

5. Analisa Gangguan Sistem Penerangan
Berikut ini beberapa gangguan yang sering terjadi pada sistem penerangan:
a.    Sumber tegangan berkurang, penyebabnya:
•    Habis.
•    Drop tegangan.
b.    Open circuit, penyebabnya:
•    Kabel putus.
•    Sambungan kendor.
c.    Over load, penyebabnya:
•    Pemakaian daya yang berlebihan.
•    Konsleting.
d.    Komponen rusak.
e.    Kesalahan rangkaian.

Untuk mendeteksi gangguan-gangguan diatas dibutuhkan alat diantaranya:
a.    Avometer (Multimeter).
b.    Test Lamp (Test Light).
c.    Jumper Wire.

MEMBACA ALAT UKUR, JANGKA SORONG DAN MIKROMETER


A.    JANGKA SORONG

a)    Mengukur Diameter Luar Benda
Cara Mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:
1.    Putarlah pengunci ke kiri
2.    Buka rahang

3.    Masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong

4.    Geser rahang agar rahang tepat pada benda

5.    Putar Pengunci ke kanan

 b)    Mengukur Diameter Dalam Benda
Cara mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung
1.    Putarlah pengunci ke kiri

2.    Masukkan rahang atas kedalam benda

3.    Geser agar rahang tepat pada benda

4.    putar pengunci ke kanan


c)    Mengukur Kedalaman Benda
 1.    Putarlah Pengunci ke kiri

2.    Buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar tabung

3.    Putar Pengunci kekanan


d)    Skala Utama dan Skala Nonius
Jangka Sorong memiliki batas ketelitian 0,1 mm. Artinya ketepatan pengukuran dengan alat ini sampai 0,1 mm terdekat.
Jangka sorong memiliki 2 macam skala yaitu Skala Utama dan Skala Nonius.

e)    Cara Membaca Skala

Mula mula perhatikan skala nonius yang berimpit dengan salah satu skala utama. Hitunglah berapa skala hingga ke angka nol. Pada gambar, skala nonius yang berimpit dengan skala utama adalah 4 skala. Artinya angka tersebut 0,4 mm. Selanjutnya perhatikan skala utama. Pada skala utama, setelah angka nol mundur ke belakang menunjukkan angka 4,7 cm.
Sehingga diameter yang diukur sama dengan 4,7 cm + 0,4 mm = 4,74 cm

B.    MIKROMETER SEKRUP

a)    Komponen Mikrometer Sekup
Mikrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm

b)    Cara Menggunakan Mikrometer
1.    Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka

2.    Bukalah rahang dengan cara memutar kekiri pada skala putar hingga benda dapat dimasukkan ke rahang

3.    Letakkan benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat

4.    Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi ‘klik’

c)    Skala Mikrometer

Skala pada mikrometer dibagi dua jenis:
1.    Skala Utama
Terdiri dari skala :1, 2, 3, 4, 5 mm dan seterusnya. Dan nilai tengah : 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm dan seterusnya
2.    Skala Putar
Terdiri dari skala 1 sampai 50

Setiap skala putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar  = 1/100  mm = 0,01 mm

d)    Pembacaan Skala

1.    Perhatikan  skala putar berada pada angka berapa pada skala utama
Benda yang anda pilih memiliki panjang skala utama 4,5 mm
2.    Perhatikan penunjukan pada skala putar. Angka 39 pada skala putar berimpit dengan garis mendatar pada skala utama.

Maka pembacaan mikrometer tersebut =
4.5 + ( 39 x 0.01 )
4.5 + 0.39
Jadi panjang benda adalah 4.89 mm